Assalammu'alaykum Warahmatullahiwabarakatuh. Sindiran, bolehkah menasehati saudara kita , atau orang lain dengan sindiran ..? ap...

MENASEHATI DENGAN SINDIRAN ADALAH ADAB YANG BAIK.



Assalammu'alaykum Warahmatullahiwabarakatuh.
Sindiran, bolehkah menasehati saudara kita , atau orang lain dengan sindiran ..? apakah sindirina sesuatu yang tercela dalam Muamalah islam, atau merupakan sebuah akhlak yang sangat terpuji dalam menasehati kekhilafan saudaranya.
Bismmillah, semoga Allah senantiasa memberikan kita pemahamman yang benar ,termasuk dalam masalah sindiran ini. Maka ayuk kita bedah lagi dan kita temukan kebenaran atasnya.
SINDIRAN DALAM DUNIA DAKWAH/ NASEHAT.
Tulisan ini berawal dari sebuah postingan seorang ahkwat yang memajang sebuah photo yang dialamnya ada gambar tulisan , yang berbunyi seperti ini "SINDIR MENYINDIR DALAM STATUS BUKAN BAGIAN DARI DAKWAH, IA HANYA AKAN MEMOTONG ILMU, DAN MENGKERASKAN HATI, DAN MENYEBABKAN PERMUSUHAN, jika anda orang baik, maka anda akan bijak dan berpikir dua kali ketika akan memuat tulisan".
Ana setuju dengan perkataan yang tidak ana beri huruf kapital, namun ana tidak setuju pada perkataan yang ana tulis dengan huruf besar. disinilah syubhatnya. perkataan ini seolah olah bagus, namun sebenarnya tidak. Bedakan antara sindiran dengan sindir menyindir. Dikarenakan Sindir menyindir ini adalah bukan adab yang baik, karena terkesan sebagai sebuah ajang adu hujjah. walau tidak secara terus terang.
Namun Sindiran adalah salah satu metode dakwah Rasulullah dan juga para Ulama dalam menasehati saudaranya. Nah disini ana harap pembaca bisa membedakan antara SINDIRAN dan SINDIR MENYINDIR. Perkataan didalam photo itu seolah olah sindiran itu perkara yang diLARANG, makanya ana katakan kalimat itu syubhat, alias penuh kerancuan atau sangat ambigu.
Maka itu tujuan dari tulisan ini ana buat adalah untuk membersihkan syubhat syubhat yang ada pada postingan tersebut.
Maka mari kita masuk pada pembahasan.
1. Apakah berdakwah atau menasehati dengan Sindiran dilarang dalam islam ...? apakah itu akhlak yang buruk , atau malah akhlak yang terpuji...?.
JAWABANNYA :
Sindiran tidaklah dilarang dalam Islam, dan bukanlah akhlak tercela. Loh kok bisa...? Ya bisa, karena Rasulullah sendiri acap kali melakukan sindiran ketika menasehati seorang sahabat.
DALIL.
Al Imam Al-Bukhari rahimahullah berkata: “Bab Keutamaan Shalat Malam.” Selanjutnya ia membawakan hadits dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, bahwa ia berkata: “Seseorang di masa hidup Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila bermimpi menceritakannya kepada beliau. Maka aku pun berharap dapat bermimpi agar aku ceritakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat aku muda aku tidur di dalam masjid lalu aku bermimpi seakan dua Malaikat membawaku ke Neraka. Ternyata Neraka itu berupa sumur yang dibangun dari batu dan memiliki dua tanduk. Di dalamnya terdapat orang-orang yang aku kenal. Aku pun berucap, ‘Aku berlindung kepada Allah dari Neraka!’ Ibnu ‘Umar melanjutkan ceritanya, ‘Malaikat yang lain menemuiku seraya berkata, ‘Jangan takut!’ Akhirnya aku ceritakan mimpiku kepada Hafshah dan ia menceritakannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda:
نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللهِ، لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ.
‘Sebaik-baik hamba adalah ‘Abdullah seandainya ia melakukan shalat pada sebagian malam.’
Akhirnya ‘Abdullah tidak pernah tidur di malam hari kecuali hanya beberapa saat saja.”
Asbabun Wurud Hadits : Hadits ini adalah SINDIRAN Rasulullah kepada Abdullah bin Umar Bin Khattab, atau biasa dikenal dengan nama Ibnu Umar, ketika ia masihh muda ia sering melalaikan shalat malam, sehingga ketika Rasulullah Shalallahu'alaihi wasalam mendengar cerita mimpi Ibnu Umar, beliau langsung berkata "sebaik baik hamba adalah abdullah, seandainya ia shalat pada sebagian malam"
Sebaik baik hamba adalah Abdullah, perlu kita ketahui pada masa itu yang bernama Abdullah sangat banyak, ada Abdullah Bin Mas'ud, Abdullah Bin Umar, dan sebagainya. namun Ibnu Umar dengan kebesaran hatinya mengetahui bawahsanya perkataan Rasulullah itu bersifat umum, walau secara khusus menyindir dirinya.
Pada Lafadz lain dalam kitab Shahih Muslim, Abdullah bin Umar berkata , "semenjak saat itu aku tidak lagi pernah tidur dimalam hari kecuali hanya beberapa saat saja".
Dalil kedua .
“Suatu hari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihiwasallam, mendengar seorang wanita tengah mencaci-maki hamba sahayanya, padahal ia
sedang berpuasa. Nabi Muhammad, segera memanggilnya. Lalu Beliau menyuguhkan makanan seraya berkata, “Makanlah hidangan ini “. Keruan
saja wanita itu menjawab, “Ya Rasulullah, aku sedang berpuasa”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, berkata dengan nada heran, “Bagaimana
mungkin engkau berpuasa sambil mencaci-maki hamba sahayamu ?”. Sesungguhnya Allah menjadikan puasa sebagai penghalang (hijab) bagi
seseorang dari segala kekejian ucapan maupun perbuatan. Betapa sedikitnya orang yang berpuasa dan betapa banyaknya orang yang lapar”. (HR Bukhari).
Pada Hadits Ini, Rasulullah menyindir telak langsung pelakunya, dengan menyebutkan kesalahanya. jika pada hadits yag pertama Rassulullah tidak menyebutkan nama pelaku secara rinci , kecuali dengan sebuah nama Abdullah saja, maka pada hadits kedua ini, Rasulullah menyindir perbuatan pelakunya , sehingga mengenai telak hatinya.
Dalil didalam Al Quran.
Surah A'basa ayat 1 dst....
A'basa Watawalla = Dia yang bermuka masam
Perhatikan Kalimat ini, Dia yang bermuka masam, Allah menggunakan dhamir Huwa (orang ketiga) atau didalam bahasa Indonesia yang bermakna dia. ketika wahyu ini turun , para sahabat tidak tahu bahwasanya ini adalah teguran sekaligus sindirian Allah kepada Rasulullah, penggunaan dhamir Huwa atau orang ketiga adalah bukti maha lembutnya Allah menjaga kehormatan Rasulullah shalallahu'alaihi wasalam, dengan tidak menyebut namanya ketika menyampaikan wahyu, tentang prilaku Rasulullah yang mementingkan orang orang kaya ketimbang Sahabat Abdullah bin Ummi Maktum radhiyallahu anhu.
Tidak ada satupun sahabat yang tahu bahwsanya Ayat itu turun untuk menegur Rasulullah, kecuali Rasulullah sendiri yang mengetahuinya. begitu mengetahui sindrian Allah kepadanya, maka rasulullah berpalinh dari Abu jahal dan orang orang kaya musyrikin Makkah dan mengajarkan abdullah Bin Ummi maktum.
Lalu dari mana sahabat bisa tahu, bahwasanya ayat ini turun untuk menyindir dan menegur Rasulullah ...??
Rasulullah sendiri yang menyampaikannya , beliau memuji sahabat Abdullah Bin Ummi Maktum dengan perkataan "Wahai Orang yang karenanya Allah menurunkan ayat untuk menegurku".
maka dari perkataan beliau sendirilah para sahabat tahu bawasanya ayat itu turun untuk Rasulullah Shalallahu'alaihi wasalam.
Dalil kedua
QS Al Mu'minun ayat 1 s/d 2.
Qodaflahal mu'minuun = sungguh beruntung orang orang yang beriman.
Alladziinahum fiishalatihim khaasyi'un = Yaitu orang orang yang khusyuk Shalatnya.
PERHATIKAN SEKALI LAGI !!
Allah menggunakan Dhamir Hum dan kalimat jamak dalam ayat 1 dan 2.
pada ayat satu Allah berkata Mu'minuuna = yang artinya jamak atau lebih dari 2, maka ini merupakan orang kedua ganda dalam bahasa indonesia.
pada ayat kedua Allah menggunakan Dhamir Hum = mereka atau orang ketiga ganda.
Maka dalam kaidah bahsa sesuatu yang disebutkan secara jamak maka memiliki makna lebih dari satu.
Asbabun Nuzul ayat : Dahulu sebelum ayat ini turun Rasulullah ketika shalat selalu senantiasa menoleh keatas langit , maka setelah ayat ini Rasulullah shalalllahu'alaihi wasalam selalu menoleh kebawah ketika sholat (Tafsir Ibnu Katsir, terjemahan Indonesia).
Padahal ayat ini turun dengan Dhamir Hum yakni orang ketiga, dan kalimat jamak, Mu'miina, tetapi Rasulullah menyadari ini ayat untuk dirinya, maka sejak itu rasulullah tidak lagi bergerak gerak dan menoleh keatas jika shalat.
Dan ini adalah bukti Bahasa Allah sangat indah dalam menasehati Rasulullah dengan sindiran, padahal bisa saja Allah berfirman HAI MUHAMMAD , BERLAKU TENANGLAH ENGKAU DALAM SHALAT.. nyata nya tidak. mengapa demikian, hikmahnya adalah beginilah cara Allah menasehati, dengan kalimat yang lembut , jika Allah berfirman kasar seperti diatas, maka akan jatuhlah wibawa Rasulullah ditengah tengah umatnya.. dan harusnya ini dicontoh Hamba hambanya.
Maka sudah jelaslah didalam Islam boleh menasehati dengan Sindirian.
2. bagaimana Syarat Syarat Sindirian yang baik dalam islam....?
Sebelum kita memahami syarat syaratnya , hendaklah kita belajar memahami sebuah perkara yakni GHIBAH YANG DIBOLEHKAN. Karena Ghibah yang dibolehkan ini berkaitan erat dengan metode sindiran dalam menasehati dan berdakwah.
GHIBAH YANG DIBOLEHKAN
Ghibah dan menfitnah (menuduh tanpa bukti) sama-sama keharaman. Namun untuk ghibah dibolehkan jika ada tujuan yang syar’i yaitu dibolehkan dalam enam keadaan sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi rahimahullah. Enam keadaan yang dibolehkan menyebutkan ‘aib orang lain adalah sebagai berikut:
1- Mengadu tindak kezaliman kepada penguasa atau pada pihak yang berwenang. Semisal mengatakan, “Si Ahmad telah menzalimiku.”
2- Meminta tolong agar dihilangkan dari suatu perbuatan mungkar dan untuk membuat orang yang berbuat kemungkaran tersebut kembali pada jalan yang benar. Semisal meminta pada orang yang mampu menghilangkan suatu kemungkaran, “Si Rahmat telah melakukan tindakan kemungkaran semacam ini, tolonglah kami agar lepas dari tindakannya.”
3- Meminta fatwa pada seorang mufti seperti seorang bertanya mufti, “Saudara kandungku telah menzalimiku demikian dan demikian. Bagaimana caranya aku lepas dari kezaliman yang ia lakukan.”
4- Mengingatkan kaum muslimin terhadap suatu kejelekan seperti mengungkap jeleknya hafalan seorang perowi hadits.
5- Membicarakan orang yang terang-terangan berbuat maksiat dan bid’ah terhadap maksiat atau bid’ah yang ia lakukan, bukan pada masalah lainnya.
6- Menyebut orang lain dengan sebutan yang ia sudah ma’ruf dengannya seperti menyebutnya si buta. Namun jika ada ucapan yang bagus, itu lebih baik. (Syarh Shahih Muslim, 16: 124-125)
Dan juga Ghibah dibolehkan dalam rangka menceritakan keburukan sebuah tindakan seseorang tanpa menyebutkan JATI DIRI SESEORANG TErSEBUT. sehingga aibnya terjaga dan kehormatannya tidak dirusak.
Contoh : Ketika menulis status di Fb, menceritakan ke bid'ahan seseorang maka, kita menggunakan kalimat " Ada seseorang wanita , memiliki teman dan seterusnya....", (sampai membahas kebid'ahan sebuah amalan tersebut), dengan catatan kita tidka menyebut nama indetitasnya bahkan ciri ciri fisiknya.
Dalam dunia penulisan ini dinamakan kalimat ANONIM. justru sebuah tulisan dikatakan ghibah jiak berbunyi seperti ini " Ada Teman ku si Desi, masa dia make jimat ....dst ...
Maka begitu juga dengan sindiran, sindiran juga memiliki syarat syarat agar tetap dianggap akhlak terpuji dalam menasehati saudara kita.
1. sindiran itu hendaklah dengan niat menasehati saudara kita bukan dengan niat "MENJATUHKAN"
2. sindiran itu menggunakan kalimat kalimat yang halus dan lembut dan terhindar dari salah tafsir dari beberpa orang.
3. sindiran itu hendaklah dengan hujjah yang ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan. dihadapan Allah.
4. Sindiran itu juga tidak menyebutkan indetitas si pelaku , baik nama, maupun ciri ciri fisiknya.
HIKMAH MENGGUNAKAN SINDIRAN DALAM DAKWAH DAN MENASEHATI.
1. Lebih mengena kehati si pelaku.
Mengapa demikian, sering sekali manusia itu tidak bisa menolak fitrah dirinya. yakni tidak ingin aibnya tersebar luas.
Dalam Sebuah Hadits Rasulullah bersabda " عَنِ النَّوَّاسِ ابْنِ سَمْعَانَ رضي اللّه عنه قَالَ سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم عَنِ الْبِرِّ وَ اْلأِثْمِ فَقَالَ اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَ اْلأِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاس
Dari sahabat Nawwas bin Sam'an beliau berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم tentang makna AlBirr (yaitu kebajikan) dan itsm (yaitu dosa)-Apa itu kebajikan? Apa itu dosa?. Maka Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم berkata AlBirr (kebajikan) adalah akhlaq yang mulia. Adapun dosa yaitu apa yang engkau gelisahkan dihatimu dan engkau tidak suka kalau ada orang yang mengetahuinya.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Perhatikan Dosa adalah sesuatu yang membuat hati mu gelisah dan kau tidak ingin orang lain mengetahuinya.
Coba pikirkan,mengapa orang orang yang tersindir oleh status fb yang berkaitan dengan masalahnya dan akhirnya merasa tersindir, dan marah marah ....?
Pada Hakikatnya Orang tersebut tidak bisa menolak FITRAHNYA yakni tidak tenangnya hati dan merasa apa yang ditulis dalam status itu ada pada dirinya dan itu aib, itu dosa , dan ia tidak suka orang lainn mengetahuinya.
Jadi jika ada orang yang mencak mencak terhadap sindiran dalam dakwah maka, sudah bisa kita pastikan bahwsanya ia memang melakukannya.
2. Menjaga kehormatan Saudaranya dari terbukanya Aib, Maka sungguh Didalam islam ada 3 hal yang harus dijaga yakni , Nyawa, Harta, dan Kehormatan. maka benarlah Sabda Rasululllah: Sibaabul Muslim Fusuqun waqitaluhu kufrun ( Menghina seorang Muslim adalah kefasiqan dan membunuhnya adalah kekufuran). Hadits riwayat Muslim.
Maka jelaslah Sudah bahwasanya Sindiria itu adalah sebuah akhlak terpuji didalam menasehati saudara kita, bahkan Allah sendiri menyindir nabi, dan nabi Muhammad menyindir salah seorang shahabat. selama sindiran itu tidak merusak maka itu merupakan akhlak terpuji. Dan sindiran itu boleh dilakukan dalam rangka dakwah dan nasehat jika, memang menasehati secara Face to face sudah tidak memungkinkan lagi.
Maka perkataan didalam foto akhwat itu sangatlah lemah dan penuh dengan AMBIGUITAS.
Semoga Bisa dipahami.
Assalammu'alaykum...

0 komentar:

kalau ada salah atau ada yang ditanyakan silahkan komen